19.12.08

KERAJAAN BANJAR






ASAL USUL URANG BANJAR


Sultan Adam memerintah kerajaan Banjar pada periode tahun 1825-1857. Sepeninggal Sultan Adam terjadi perebutan kekuasaan antara dua bersaudara Pangeran Tamjidillah dan Pangeran Hidayatullah. Keduanya adalah putra Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam dari ibu yang berbeda. Jadi kedua Pangeran ini sebenarnya cucu Sultan Adam.

Dengan sokongan Belanda, Pangeran Tamjidillah akhirnya berkuasa merampas hak Pangeran Hidayatullah yang merupakan pilihan Sultan Adam (berdasarkan surat wasiat).
Peristiwa dari kemelut dalam istana ini, seterusnya meletus Perang Banjar pada 28 April 1859. Kedua Pangeran ini akhirnya terusir dari tanah kelahirannya di Negeri Banjar.

Pangeran Tamjidillah dibuang ke Kampung Baru, Jakarta. Sedang Pangeran Hidayatullah diasingkan ke Cianjur. Jejak keturunan Pangeran Tamjidillah dapat ditelusuri di sekitar Kampung Banjar di Bogor.
Di tempat ini pula dulu, Gusti (Ratu) Zaleha bin Sultan Mat Seman dan Gusti Muhammad Arsyad bin Gusti Mat Said dibuang Belanda.
Dua nama terakhir adalah cucu Pangeran Antasari, seorang Pahlawan Nasional dari kerajaan Banjar yang terkenal dengan perjuangannya yang tak kenal menyerah kepada Walanda (Belanda): "Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing"


Kerajaan Banjarmasin 1865 -1890

Jumlah penduduk Banjarmasin pada tahun 1865 adalah seperti berikut:

Orang Banjar = 30.477 orang,
Orang Asing = 1.677 orang
Jumlah penduduk = 32.154 orang

Pada tahun 1890 Negeri Banjarmasin mempunyai 32 buah daerah.
Ibu negerinya Kota Banjarmasin.



RIWAYAT HIDUP SULTAN BANJAR
PENGERAN HIDAYATULLAH

Perang Banjar Kehebatan Sultan Hidayatullah Al-watsiq billah dalam Perang Banjar

hidayat.jpg

Pangeran Hidayatullah diangkat menjadi Sultan Banjar berdasarkan Surat Wasiat Kakek beliau Sultan Adam. Pengangkatan ini dilakukan karena ayah Pangeran Hidayatullah, Sultan Muda Abdurrahman wafat.

Lahir di Martapura pada tahun 1822masehi, dididik secara Islami di pesantren Dalam wilayah Kalampayan ( Didirikan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-banjari, salah seorang tokoh Agama Islam di Nusantara ) sehingga memiliki ilimu kepemimpinan serta keagamaan yang cukup tinggi untuk kemudian dipersiapkan menjadi Sultan.

Sebelum menjadi Sultan sempat menduduki jabatan sebagai Mangkubumi kesultanan pada tahun 1855 M. Pada saat itu jabatan Mangkubumi diangkat oleh Kolonial Belanda dengan persetujuan Sultan Adam. Dengan menduduki jabatan tersebut maka Pangeran Hidayatullah boleh memahami & menyelami kondisi Kesultanan maupun rakyat Banjar, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan kolonial Belanda (spionase), hal tersebut sangat berguna untuk persiapan perang.

Akibat campur tangan berulang-ulang pihak Belanda dalam pemerintahan Kesultanan, pemaksaan monopoli perdagangan, konsesi-konsesi pertambangan yang sepihak, serta kuatnya misi kaum nasrani ( Zending ) yang masuk kedalam benua banjar dengan sokongan tentera Hindia Belanda, maka mengakibatkan kebencian rakyat yang sangat mendalam. Perselisihan-persilisihan itu telah sangat lama terjadi, semenjak Kesultanan dipimpin oleh Sultan Suriansyah (~ 1600 M). Kebencian yang tak dapat lagi didiamkan, harus di tuntaskan, Sultan dan Rakyat bersatu untuk mengadakan perang Jihad Fisabilillah.

Sebelum dan ketika perang Sultan mengangkat beberapa Panglima perang karena luasnya areal medan pertempuran. Dari sebelah barat, Kesultanan Sambas, Sampit, Sangau, Kotawaringin, Pagatan bahkan jauh ke timur Kesultanan Pasir maupun Kesultanan Kutai dll. Dipersiapkan oleh Pangeran Hidayatullah sebagai areal perang maupun penyokong Perang Banjar

Tiada ulasan: