16.2.10

Motivasi untuk kita agar mengikuti sunnah rasulullah saw dan berhati hati dengan perkara bid'ah



Ada beberapa nash dari kitab dan sunnah yang menunjukan motivasi untuk mengikuti sunnah dan berhati-hati dari bid’ah, telah banyak atsar-astar dari para salaf umat ini yang mengikuti Kitab (Al-Quran) dan sunnah (Al-Hadits) dari para sahabat dan tabi’in serta generasi setelah mereka, yang didalamnya adalah anjuran untuk mengikuti sunnah dan waspada terhadap bid’ah dan penjelasan bahayanya, diantaranya:

Pertama:
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Ikutilah dan janganlah kalian membuat hal-hal yang baru, sungguh kalian telah cukup (dengan hal itu)”, diriwayatkan oleh Ad-Darimi.

Kedua:
Usman bin Khaadir berkata: “Aku datang kepada Ibnu ‘Abbas, maka aku berkata padanya: Nasehatilah aku, maka beliau menjawab: “Ya! Wajib bagimu untuk bertaqwa kepada Allah dan beristiqomah (konsisten), ikutilah dan janganlah membuat hal-hal yang baru”, diriwayatkan oleh Ad-Darimi.

Ketiga:
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Barangsiapa yang ingin bertemu dengan Allah dalam keadaan Muslim maka haruslah ia menjaga sholat pada waktunya, karena sesungguhnya Allah telah mensyariatkan bagi Nabi kalian dengan sunnah petunjuk, dan sesungguhnya hal itu termasuk dari sunnah-sunnah petunjuknya, sekalipun kalian sholat dirumah kalian sebagaimana sholatnya orang yang menyelisihi sunnahnya yaitu sholat dirumahnya maka pastilah kalian engkau telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, dan jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian maka kalian telah tersesat…”, diriwayatkan oleh Muslim.

Keempat:
Abdullah bin Umar r.a berkata: “Setiap Bid’ah adalah sesat walaupun orang-orang melihatnya baik”, diriwayatkan oleh Muhammad bin Nashir al-Maewazi dalam sunnah.

Kelima:
Mu’adz bin Jabal berkata: “Jauhilah oleh kalian dan setiap apa-apa yang diada-adakan, karena sesungguhnya setiap apa-apa yang diada-adakan pastilah sesat”, diriwayatkan oleh Abu Dawud.

Keenam:
seseorang menulis surat kepada Umar bin Abdul ‘Aziz yang bertanya tentang Qodar, maka beliau menulis padanya: “Amma ba’du, aku wasiatkan padamu dengan bertaqwa kepada Allah dan mencukupkan diri dalam urusan itu serta mengikuti sunnah Nabinya SAW dan meninggalkan apa-apa yang dibuat-buat oleh para pembuat hal-hal yang baru setelah datangnya sunnah, dan cukup engan apa yang telah ada, maka wajib atasmu untuk mengikuti sunnah, karena ssesungguhnya ia akan memberikan kemudahan dan keselamatan bagimu…”, diriwayatkan oleh Abu Dawud.

Ketujuh:
Sahl bin Abdullah At-Tastiri berkata: “Apa-apa yang dikatakan seseorang dalam hal ilmu kecuali ia pasti akan ditanyakan tentangnya dihari kiamat, jika hal itu sesuai dengan sunnah maka ia selamat, dan jika tidak maka ia tak selamat”, Fathul Baari (13/290)

Kelapan:
Abu usman An-Naisabuuri berkata: “Barangsiapa yang menyuruh untuk mengikuti sunnah dengan perkataan dan perbuatan maka sungguh ia telah berkata dengan hikmah, dan barangsiapa yang menyuruh dengan hawa nafsunya dengan perkataan dan perbuatan sungguh ia telah berkata dengan bid’ah”, hilyatul auliya’ (10/244)

Kesembilan:
Imam Malik rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang mengada-adakan sebuah urusan dalam Islam maka ia telah bid’ah walaupun manusia melihatnya sebagai hal yang baik dan telah menuduh bahwa Muhammad mengkhianati Ar-Risalah, karena sesungguhnya Allah berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu”, maka jika pada saat itu belum menjadi sebuah agama maka saat itu[un tidak menjadi agama”, Al-I’tishom milik Asy-Syatibi (1/28)

Kesepuluh:
Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Cabang-cabang sunnah yang ada pada kami adalah berpegangteguh yang ada pada sahabat rosulullah SAW serta mengikuti mereka, dan meninggalkan bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat”, Penjelasan cabang-cabang keyakinan Ahlu Sunnah milik Al-kaa’i (317).


Tiada ulasan: