Pengertian Khurafat
Khurâfat secara bahasa berarti takhayul, dongeng atau legenda Sedangkan khurâfat adalah hal yang berkenaan dengan takhayul atau dongeng.
Dalam kamus munawir khurafat diartikan dengan: hal yang berkenaan dengan kepercayaan yang tidak masuk akal (batil)
Pengertian khurâfat dalam Islam
Khurâfat ialah semua cerita sama ada rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantang-larang, adat istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam .
Berdasarkan pengertian di atas, khurâfat mencakup cerita dan perbuatan yang direka-reka dan bersifat dusta. Begitu juga dengan pemikiran yang direka-reka merupakan salah satu bentuk khurafat.
Pengertian Takhayul
Secara bahasa, berasal dari kata khayal yang berarti: apa yang tergambar pada seseorang mengenai suatu hal baik dalam keadaan sadar atau sedang bermimpi.
Dari istilah takhayul tersebut ada dua hal yang termasuk dalam kategori talhayul, iaitu :
1. Kekuatan ingatan yang yang terbentuk berdasarkan gambar indrawi dengan segala jenisnya, (seperti: pandangan, pendengaran, pancaroba, penciuman) setelah hilangnya sesuatu yang dapat diindera tersebut dari panca indra kita.
2. Kekuatan ingatan lainnya yang disandarkan pada gambar idrawi, kemudian satu dari unsurnya menjadi sebuah gambar yang baru. Gambar baru tersebut bisa jadi satu hal yang benar-benar terjadi, atau hal yang diluar kebiasaan (kemustahilan). Seperti kisah seribu satu malam, Nyai Roro Kidul dan cerita-cerita khurafat lainnya.
Takhayul diartikan juga: percaya kepada sesuatu yang tidak benar (mustahil) . Jadi takhayul merupakan bagian dari khurâfat.
Takhayul menjadikan seorang menyembah kepada pohon, batu atau benda keramat lainnya, mereka beralasan menyembah batu, pohon, keris dan lain sebagainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub) atau karena benda-benda tersebut memiliki ke-digdaya-an (baca: kesaktian) yang mampu menolak suatu bencana atau mampu mendatangkan sebuah kemaslahatan. ini salah satu dampak takhayul. Jika demikian maka Tauhid Rubûbiyyah dan Tauhid Ibadah seorang hamba akan keropos dan hancur.
Firman Allah;
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya"... (QS. 39:3).
Takhayul juga merupakan senjata para ahli bid'ah dalam menguatkan argumennya dengan dalih bahwasanya ini adalah sesuai dengan syari'at yang disandarkan secara dusta kepada salafus shalih.
Di antara faktor-faktor yang mendorong terjadinya khurâfat ialah :
1. Mudah mempercayai benda-benda takhayul
2. Dangkalnya ilmu agama
3. Terpengaruh dengan kelebihan seseorang atau sesuatu benda
Penolakan Islam terhadap mental khurâfat
1. Kepercayaan dan amalan dalam Islam berdasarkan keyakinan bukan sangkaan (Dzan)
2. Tidak mengikut hawa nafsu dan emosi
3. Menolak taklid buta
4. Melarang kepada seorang muslim untuk menuruti pemimpin yang zalim
5. Menolak dakwaan tanpa bukti
Apakah khurâfat dan takhayul juga termasuk syirik?
Untuk menetapkan hukum tersebut terlebih dahulu kita perlu mendefinisikan makna tauhid dan makna syirik, sehingga kita dapat menghukumi apakah khurafat dan takhayul termasuk syirik atau bukan.
Makna Tauhid
Tauhid berasal dari kata وحد يوحد yang berarti mengesakan atau menganggap satu.
Dalam pengertian syar'i berarti mengesakan Allah Swt. dalam hal kekhususanNya sebagia Rububiyah Uluhiyah dan Asma' dan Sifat. Ketiga hal tersebut tertuang dalam firman Allah:
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilahdalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah) (QS. 19:65)
Secara garis besar Tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu: Tauhid Rubûbiyah, Tauhid Ulûhiyyah dan Tauhid Asma wa Sifat.
1. Tauhid Rubûbiyyah; yaitu mengesakan Allah bahwa Dia adalah satu-satunya Pencipta, Penguasa dan Pengatur alam semesta ini. (al A'rof 54) (al Imran 179) (Yunus:31,32)
2. Tauhid Ulûhiyyah, atau disebut dengan tauhid Ibadah; yaitu mengesakan Allah dalam beribadah kepadaNya. (Luqman: 30)
3. Tuahid Asma wa Sifat; yaitu mengesakan nama-nama dan sifat-sifat Allah. Dalam hal ini mencakup dua hal: pertama menetapkan seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah, yang telah Dia tetapkan atas DzatNya pada al Qur'an dan Sunnah. Kedua adalah meniadakan penyerupaan baginya. Firman Allah "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Meliha"t. (QS. 42:11)
Tauhid yang dibawa oleh para rasul mencakup beberapa hal, yaitu menetapkan ketuhanan Allah Swt. Yang Esa dengan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, tidak beribadah kecuali kepadaNya, tidak menyerahkan segala urusan kecuali padaNya, tidak ada perlindungan kecuali milikNya, tidak kembali kecuali kepadaNya, dan tidak beramal kecuali karenaNya dalam hal ini mencakup asma dan sifat yang telah ditetapkan Allah bagi DzatNya.
Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 2:163)
Jadi tauhid adalah mengesakan Allah dari segi Rubûbiyyah (bahwa Dia adalah pencipta alam semesta ini), Ulûhiyyah (bahwa Allah adalah satu-satunya sesembahan dan meminta pertolongan) dan Asma dan Sifat.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut,... (QS. 16:36)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun...(QS. 4:36)
Arti dari ayat diatas adalah: Allah menyerukan kepada hambanya untuk menyembahNya tanpa menjadikan sekutu baginya, bahwasanya Dia adalah pencipta dan pemberi rizki pemberi nikmat dan pemberi karunia karunia kepada seluruh hambaNya pada semua keadaan. Maka sudah pasti Dialah yang lebih berhak untuk diesakan dan tidak menjadikan bagiNya sekutu.
Bagaimana nasib bagi orang yang mensekutukan Allah? Dalam hal ini Allah berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. 4:48)
Jadi syirik adalah menjadikan sekutu bagi Allah dalam hal ketuhananNya, atau menyembah selain Allah, dan menyerupakan sifat-sifat dan nama-nama Allah dengan yang lainnya. Atau mempercayai sesuatu diluar dari yang digariskan oleh Allah atas hambaNya.
Pada dasarnya, segala urusan dalam perkara Tauhid dan Ibadah harus mengikut al Qur’an dan Sunnah (al-It-tiba). Sementara perkara yang berkaitan dengan dunia berdasarkan rekaan kita (al-Ibtida’).
Firman Allah:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 5:3).
Rasulullah sallallahu alaihi wassallam bersabda "Kalian lebih mengetahui dengan urusan dunia kalian”
Islam tidak membolehkan campurtangan manusia dalam hal urusan Ibadah, apalagi Tauhid. Sudah sepatutnya hanya mengikut apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya. Sementara dalam urusan keduniaan atau muamalat ia terbuka untuk manusia berkreativitas kecuali dalam perkara yang telah ditetapkan seperti haramnya riba, arak dan hukuman-hukuman yang telah ditentukan Allah s.w.t
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Tuhan(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. 21:25)
Penyembahan kepada Allah (ibadah) tidak boleh dilakukan kecuali dengan syari’at yang terkandung dalam kitab Allah dan Sunnah Rasulullah Saw. Jadi setiap ibadah yang tidak mengikut kedua sumber tersebut maka ibadahnya ditolak berdasarkan hadis Nabi Saw. yang berbunyi:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa yang mengada-adakan dalam (urusan) agama ini suatu pekerjaan yang tiada daripadanya, maka (yang diada-adakan itu) tertolak." (Hadis Bukhari, Muslim).
hadis riwayat Abu Daud dan al-Tirmidhi yaitu hadis Hasan lagi Sahih menyatakan:
"Dan jauhilah oleh kamu akan perkara-perkara bid'ah (yang baru diada-adakan), kerana sesungguhnya tiap-tiap bid'ah itu adalah sesat."
Kesimpulan
Dari pengertian khurâfat, takhayul dan tauhid di atas kita bisa menyimpulkan bahwa: khurâfat dan takhayul adalah bagian dari syirik yang dilarang oleh Islam, karena khurâfat dan takhayul merusak kepercayaan dan peribadatan seorang hamba kepada Allah, Tuhan Yang Esa.
Bagi pelaku syirik hukumannya adalah: tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah pada hari kiamat kelak.
Pengaruhnya pada bangunan masyarakat Islam
Seperti diketahui, sistem ibadah dalam Islam adalah sistem yang par excellen, satu dan lainnya saling melengkapi, sehingga menjadikan manusia sempurna untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Ibadat yang betul dan sempurna seperti dikehendaki agama tidak memaksa orang menyisihkan diri dari masyarakat. Merubah hal ibadat dan apa yang ditentukan Allah dan RasulNya akan membawa kepada perpecahan ummat. Selanjutnya perpecahan akan menjadi penghalang untuk membangun ummat yang kokoh.
Peribadatan yang benar akan menjadikan umat pada satu kesatuan akidah dan amalan yang sempurna, menciptakan masyarakat yang bekerjasama, gotong royong dan terbinanya akhlak yang mulia.
Sedangkan khurâfat yang timbul dari prasangka, menuruti hawa nafsu, taklid buta dan berpegang pada kepercayaan tanpa bukti yang benar akan melahirkan masyarakat yang rapuh. Ummat mudah roboh karenanya.
Maka khurâfat dan takhayul semestinya harus dijauhi oleh pribadi setiap muslim.
Solusi Islam dalam mengembalikan ummat pada akidah shahihah
Untuk menanggulangi khurâfat dan takhayul yang terjadi pada masyarakat, perlu usaha setiap muslim mendalami ilmu agama. sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis nabi Saw.:
" Aku telah tinggalkan kamu 2 perkara selama mana kamu berpegang teguh dengannya, tidak akan sesat selama-lamanya iaitu al-Quran dan sunnahku"
Dengan pemahaman Islam yang benar insyâAllah akan terjaga dari pemikiran-pemikiran khurâfat yang menyimpang.
Walahua'lam bisshowab.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan