mimpi merupakan peristiwa di alam bawah sadar yang setiap orang pasti pernah dan bahkan sering mengalaminya, adapun perihal datangnya mimpi tersebut berasal dari sumber yang bermacam-macam.
Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu dari
Nabi shallallahu alaihi wasalam beliau bersabda:
“Apabila masa telah semakin dekat (dengan hari Kiamat) mimpi seorang muslim hampir-hampir tidak dusta (meleset). Orang yang paling benar mimpinya diantara kamu adalah orang yang paling benar perkataannya. Mimpi seorang muslim adalah salah satu bagian dari empat puluh lima bagian kenabian. Dan mimpi itu ada tiga macam : mimpi yang baik, merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi yang menyedihkan (buruk) itu dari setan dan mimpi yang bersumber dari bisikan jiwa seseorang.”
(HR. Muslim No 2263)
Dengan demikian mimpi itu ada yang benar dan ada yang tidak benar. Yang pasti mimpi tidak dapat dijadikan landasan, dalil atau hujjah dalam menetapkan syariat dan dalam beribadah kepada Allah ta’ala.
Adapun orang-orang sufi dan tarekat yang menjadikan mimpi sebagai hujjah dan dalil, mereka telah menyimpang dari manhaj aqidah ahli sunnah wal jamaah yang benar yang disepakati oleh para salafush shalih (generasi terdahulu yang shalih).
3 jenis mimpi
1. Mimpi yang disukai atau mimpi baik.
Mimpi ini dapat digambarkan seperti ketika seseorang mengalami mimpi tentang hal-hal yang dia sukai. Menurut hadits yang diriwayatkan Bukhari ra, mengatakan:
dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa sesungguhnya dia mendengar Nabi saw bersabda:
“Apabila sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah swt, maka hendaknya ia memuji Allah swt (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia memberitahukannya. Dan apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memohon perlindungan (ta’awwudz kepada Allah swt) dari keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak membahayakannya (madharat).”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“tidaklah tinggal dari tanda-tanda kenabian kecuali berita-berita gembira”. Para shahabat bertanya :”apa itu berita-berita gembira?”, Rasulullah saw bersabda: “mimpi yang baik”
(hr. Bukhari).
2. Mimpi yang datang dari bisikan diri sendiri.
Menurut beberapa sumber, mimpi ini berasal dari keinginan hawa nafsu, karena seperti kita ketahui nafsu itu ada tiga, yaitu nafsu mutmainnah, nafsu lawwamah dan nafsu ammarah. Mimpi seperti ini terjadi karena pengaruh pikiran.. Sesuatu yang kita lakukan atau yang kita khayalkan saat siang hari atau menjelang tidur sehingga hal tersebut muncul dalam mimpinya.
3. mimpi permainan syaitan
sebagaimana dalam hadits riwayat imam muslim, diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw:
“sesungguhnya saya telah bermimpi (melihat) kepalaku telah terputus (dari badanku) lalu saya mengikutinya dari belakang, maka Nabi saw mencelanya dan bersabda : “janganlah kamu ceritakan (kepada orang lain) permainan syaithan terhadapmu di dalam mimpi(mu)” (HR. Muslim)
apabila seseorang melihat dalam mimpinya sesuatu yang ia benci. Mimpi ini datangnya dari syaithan yakni dengan menampakkan hal-hal yang jelek, yang dengannya seorang manusia dapat terkejut, sedih dan bisa jadi hingga membuatnya sakit, karena syaithan adalah musuh manusia, mereka menyukai apa yang dibenci oleh manusia.
Allah swt berfirman :
“apabila (kalian) melihat selain dari itu (mimpi baik) berupa hal-hal yang dibenci, maka sesungguhnya itu datangnya dari syaithan maka berlindunglah (kepada Allah) dari kejahatannya (syaithan) dan janganlah ia menceritakannya kepada seorangpun, karena mimpi tersebut tidak membahayakannya” (muttafaqun ‘alaihi)
Satu perkara yang perlu disadari bahwa mimpi tidak boleh dijadikan hujjah atas hukum syara (dalam artian mempercayai bahwa mimpi merupakan suatu tanda/isyarat akan terjadinya sesuatu dalam hidup).
Ia sekedar berita-berita yang menggembirakan atau bunga tidur. Tidak lebih dari itu. Mimpi yang benar datang dari orang yang tidak pernah berbohong dalam hidupnya. Menurut ibn al-qayyim semakin benar hidup seseorang maka semakin benar pula mimpi yang dialaminya. Selain itu orang yang bermimpi itu hendaklah berada dalam keadaan berwudhu
MENGENAI TA'WIL MIMPI
Sedangkan tentang ta’wil mimpi, tidak ada ilmu khusus yang mempelajari tentang hal ini. Namun jika kita kembalikan pada hadits di atas, Rasulullah telah mengisyaratkan bahwa
“Orang yang paling benar mimpinya diantara kamu adalah orang yang paling benar perkataannya.”
mimpi orang yang benar dan tulus ucapannya boleh jadi dapat menjadi sebuah kenyataan. Sehingga kalau mimpinya baik maka mudah-mudahan mimpi itu akan membawa kebaikan juga. Sedangkan kalau mimpinya buruk maka hendaknya segera mohon perlindungan kepada Allah ta’ala agar hal itu tidak menjadi sebuah kenyataan.
Namun yang paling harus di perhatikan adalah tatkala kita akan tidur hendaknya kita mengikuti pola dan cara serta adab tidurnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam iaitu
berwudlu sebelum tidur,
berdoa sebelum tidur
membaca surat al Falaq dan An Naas,
membaca ayat kursi, membaca tasbih, tahmid dan takbir serta tahlil.
Lalu memiringkan tubuhnya ke sebelah kanan
serta meletakkan tangan kanan di bawah pipinya.
Mudah mudahan dengan kita melakukan hal ini jika kita bermimpi, mimpi kita akan membawa kebaikan.
SIKAP KITA SEBAGAI MUSLIM TERHADAP MIMPI
Apabila seorang hamba dekat dengan Rabbnya, maka Dia akan melimpahkan nur-Nya kepadanya. Hal ini sebagaimana dalam hadits Qudsi :
“Dan tidaklah hamba-Ku ber-taqarrub kepada-Ku dengan sesuatu lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan atasnya, dan senantiasalah hamba-Ku ber-taqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Akulah pendengaran yang dengannya ia mendengar, penglihatan yang dengannya ia melihat, tangan yang dengannya ia memukul, kaki yang dengannya ia berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku memberikannya dan bila ia berlindung kepada-Ku, niscaya aku melindunginya”
(HR Bukhari)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya Allah memiliki para hamba yang mengenali manusia dengan memperhatikan tanda-tanda (firasat)”.
(Di-hasan-kan oleh Syaikh Al Albani)
Para nabi, shidiqqin, syuhada, dan shalihin selalu terbimbing oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Bimbingan-Nya dapat berupa mimpi dan firasat. Itu merupakan petunjuk dari-Nya sebagai
anugerah/karunia bagi manusia-manusia terpilih yang benar-benar taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan rasul-Nya,
firman Allah swt :
"Dan barang siapa menaati Allah dan rasul(-Nya) akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shidiqqin, para syuhada, dan para shalihin. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.
(QS An Nisaa' : 69)
Mimpi pada pandangan saintis
otak seperti processor yang ada di Komputer. Ketika kita tidur otak kita tidak tidur atau berehat, otak melakukan aktifitas-aktifitas baik menerima input atau mengelurakan output
tidur kita itu sebenarnya untuk memerintahkan output melalui mimpi
Ada juga yang mengatakan mimpi seperti komputer ketika dia sedang melakukan swaping di memori, nah ketika tidur tersebut otak sedang melakukan swaping terhadap memori kejadian yang pernah kita alami, sehingga kejadian tersebut terinterpres tasi dalam bentuk mimpi
KESIMPULAN MIMPI PADA KITA
sebagai manusia biasa yang banyak salah dan belum sebenar-benarnya taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan rasul-Nya, kita tidak mampu membezakan mana mimpi yang berasal dari Allah subhanahu wa ta'ala dan mana yang berasal dari syaitan.
Oleh itu, Sebaiknya kita anggap mimpi sekadar mainan tidur, lalu kita lupakan. Jangan sampai kita terus memikirkannya sehingga mengganggu fikiran yang akan membahayakan kesehatan jiwa kita karena membuat menjadi tidak tenteram.
walllahualam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan