26.1.10

RUKUN SOLAT - BERDIRI BETUL

Dalam sholat fardhu dan sunnah Rasulullah SAW melakkukannya sambil berdiri sesuai dengan
perintah Allah SWT dalam al-Baqarah ayat 238 yang bermaksud :


”Berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu.”



Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dan Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukan sholat menjelang datang ajalnya sambil duduk. Dalam kesempatan lain Beliau melakukan sholat sambil duduk, iaitu ketika dalam keadaan sakit. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengikutinya sambil berdiri. Lalu Rasulullah SAW memberikan isyarat agar mereka duduk, maka merekapun duduk.

Setelah selesai sholat Beliau bersabda ”Kalian tadi hampir saja melakukan apa yang telah dilakukan oleh bangsa Romawi dan Persia, dimana mereka berdiri di depan rajanya sedangkan rajanya duduk. Maka janganlah kalian melakukannya.

Sesungguhnya keberadaan imam adalah agar diikuti. Bila ia ruku, maka rukulah; bila berdiri maka berdirilah; dan jika sholat sambil duduk maka duduklah bersama-sama”.
(Hadith riwayat Muslim).


Solat dalam keadaan duduk

Sholat orang sakit sambil duduk, seperti sabda Beliau
”Solatlah dengan berdiri. Bila tidak boleh, sambil duduk. Bila tidak boleh juga sambil terlentang.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad).


Beliau bersabda ”Barangsiapa melakukannya dengan berdiri, maka itu lebih utama. Adapun bagi
yang melakukannya sambil duduk maka baginya separuh pahala yang berdiri.


Barangsiapa yang solat sambil tidur (terlentang) baginya separuh pahala orang yang sholat sambil duduk. Yang dimaksud disini adalah orang yang sakit.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad).


Suatu ketika Rasulullah SAW mengunjungi orang yang sakit lalu melihat orang itu melakukan
solat diatas bantal. Rasulullah SAW mengambil bantal itu dan melemparkannya. Orang itu lalu
mengambil ’ud (papan kayu) untuk sholat diatasnya. Tetapi Nabi SAW mengambil dan
membuangnya lalu bersabda ”Solatlah diatas tanah bila engkau mampu. Bila tidak cukuplah
dengan isyarat, dan hendaknya isyarat sujudnya lebih rendah dari rukukmu.”
(HR. Thabrani, Bazzar dan Baihaqi).


Tiada ulasan: